SMK Tri Dharma 4 Bogor diduga Menahan Ijazah Alumninya, DPW BAIN HAM RI Jabar Turun Tangan Menyelesaikan

 


Investigator-news.com | Bogor - Berdasarkan laporan warga kepada pengurus DPW BAIN HAM RI Jawa Barat, terkait permasalahan yang dihadapi, tidak menunggu lama ketua DPW bersama Sekertaris menindaklanjuti laporan tersebut. 


Ketua DPW BAIN HAM RI Jabar Fauzi Fatahillah menuturkan bahwa Pada tanggal 29 Maret orang tua dari Andrean Gunawan ibu  Mariati yang menjadi korban dari kapitalisme pendidikan menyampaikan kepada Pengurus DPW BAIN HAM RI Jawa Barat, bahwa ia pernah ke SMK Tri Dharma 4 Bogor Jalan Raya KH. Soleh Iskandar Nomor 5 Kota Bogor untuk meminta kebijakan pihak sekolah khususnya kebijakan untuk mengeluarkan ijazah anaknya kalaupun ijazah aslinya tidak bisa, kopiannya juga tidak jadi masalah karena mau digunakan melamar pekerjaan, namun lagi-lagi pihak sekolah tidak ada sama sekali niatan baik kepada ibu yang berstatus sebagai janda tersebut.


lebih lanjut Fauzi Fatahillah  menuturkan kepada wartawan, bahwa ibu ini tidak sanggup melunasi tunggakan pembayaran setelah suaminya meninggal dunia, padahal waktu anaknya dipindahkan ke sekolah tersebut, anaknya sudah duduk di bangku kelas dua namun ia tetap diwajibkan membayar seluruh biaya kelas satu. Selain itu, sampai anaknya dinyatakan lulus, seragam yang dijanjikan pihak sekolah tidak kunjung diterima padahal biaya seragam sudah dilunasi.


Untuk menyelesaikan masalah tersebut, saya bersama Sekertaris DPW BAIN HAM RI Jabar mengunjungi sekolah yang dimaksud pada hari Kamis (01/04/21) dan tiba sekitar pukul 10.47 WIB.


Setibanya kami di sekolah, seorang penjaga (tidak menggunakan seragam keamanan) menanyakan kami dari mana, mau bertemu siapa, dan apa keperluannya. Setelah kami menjawab sekilas dari pertanyaan tersebut, kami disuruh menunggu beberapa menit karena pihak sekolah khususnya kepala sekolah lagi menerima tamu. Sambil menunggu kami diminta mengisi buku tamu, kata Fauzi Fatahillah saat diwawancarai, Kamis (1/04/21)


"Setelah beberapa menit menunggu, keluarlah seseorang menemui kami yang kami kira kepala sekolah ternyata yang bersangkutan hanya seorang guru dan kebetulan dia yang menangani bagian kesiswaan"


Sebagai seorang pendidik yang sangat memahami nilai-nilai kesopanan dan nilai-nilai kemanusiaan, tentunya kami sebagai tamu pasti akan dipersilahkan masuk ke ruangan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kami. Ini sangat jauh dari apa yang kami harapkan, dimana kami hanya dipersilahkan duduk di ruang terbuka tempat penjaga/piket sekolah. Ungkapnya


Setelah memperkenalkan diri kepada guru yang menemui kami, saya sampaikan bahwa ada alumni dari sekolah ini yang sampai hari ini belum mengambil ijazah, karena tidak memiliki biaya untuk melunasi tunggakannya, Ujarnya.


 Guru yang menemui kami namanya Mahpudin, ia menjelaskan bahwa yang sudah-sudah, kalau ijazahnya mau diproses atau mau dikeluarkan maka harus melunasi seluruh tunggakannya karena ini sudah prosedur di sekolah. Inti dari penjelasan guru tersebut bahwa tidak ada jalan lain kecuali melunasi seluruh tunggakan baru ijazah dikeluarkan, jelasnya.


"Ketua BAIN HAM RI kembali menyampaikan bahwa ada pihak yang akan melunasi tunggakan ini adalah salah satu pejabat yang ada di pusat, tapi alangkah eloknya kalau kita tidak perlu melibatkan beliau dengan persoalan ini, cukup diselesaikan melalui kebijakan kepala sekolah"


Karena guru yang menemui kami masih saja kekeuh, maka saya sampaikan bahwa yang akan melunasi tunggakan anak ini adalah kepala BPIP RI. lalu saya tanya Apakah bapak tau apa itu BPIP dan siapa ketuanya. Mungkin karena kesombongan guru tersebut ia katakan saya tidak tau dan tidak perlu tau siapa dia dan apa itu BPIP, Jelasnya lagi.


"Gimana anak bangsa ini mau memiliki nilai-nilai Pancasila yang kuat dalam dirinya, gurunya aja cuek dengan lembaga yang didirikan oleh presiden sebagai lembaga penguatan ideologi Pancasila. Ini potret sebagian sekolah saat ini, dimana mereka tidak peduli kebijakan pemerintah khususnya dalam penguatan ideologi Pancasila, mereka hanya akan memikirkan bagaimana cara mendapatkan siswa banyak sehingga pemasukan sekolah makin besar".


Setelah saya jelaskan apa itu BPIP dan siapa ketuanya, guru ini lalu menemui seseorang di dalam ruangan yang menurut dia bahwa semua persoalan khusus masalah biaya dia yang menangani.


Tapi sama saja, tidak ada kepastian, saya malah diminta membuat surat kuasa dari pihak orang tua alumni bahwa kami yang akan menyelesaikan semua masalah ini. Tentu ini memakan waktu lagi, sehingga saya memutuskan mengecek langsung tunggakan anak ini di bagian TU.


Setelah dicek ternyata tunggakan 1 juta lebih, dengan spontan guru tersebut nyeletuk ohh cuman segitu. Ini tanda kesombongan dan keangkuhan menurut saya, kalau memang cuman segitu kenapa anak ini tidak diberikan aja ijazahnya, kenapa ditahan, kenapa nggak dikeluarkan aja sebagai sedekah anak yatim, kata Fauzi.


Karena yang menemui kami hanya guru mata pelajaran prakarya, tentu masalah tidak akan selesai juga, karena dia bukan penentu kebijakan, akhirnya saya mengirimkan foto jumlah tagihan saudara Andrean kepada Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D melalui via WhatsApp, tidak lebih dari satu menit beliau melunasi tagihannya, Tegasnya.


Melalui via WhatsApp melalui ketua BAIN HAM RI Jabar, Prof. Yudian menyampaikan salam kepada ibu Mariati beserta keluarganya. Pesan saya agar rajin salat, khususnya salat hajat. Berdoa kepada Allah SWT agar diberi keberhasilan duniawi dan ukhrawi. Amin3x YRA. Barakallah.


Di tempat yang terpisah,  Ibu Mariati orang tua Andrean menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Prof Yudian. Saya tidak pernah bertemu beliau tapi beliau mau membantu melalui perantara Ketua DPW BAIN HAM RI Jabar Bapak Fauzi. Semoga bapak Prof. Yudian yang telah membantu saya termasuk pak Fauzi, Allah mudahkanlah urusannya, rejekinya dan mudah-mudahan beliau semua senantiasa diberikan kesehatan yang baik. (Red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama