Investigator-news.com | Jakarta - Direktur Lembaga Bantuan Hukum Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia merespon perihal pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang hilang kontak.
"Kami turut berduka, kami tetap berdoa berharap semua penumpang termasuk saudara kami Mulyadi P Tamsir Mantan Ketum PB HMI sekaligus Wakil Ketua Umum DPP KNPI beserta keluarga ditemukan semua dalam keadaan selamat." kata Gurun kepada wartawan, Sabtu. (09/01/2021)
Dirinya berharap peristiwa kecelakaan pesawat yang terjadi hari ini tidak terulang kembali dan jadikan bahan pelajaran untuk Pemerintah melakukan perbaikan segala aspek penerbangan mengingat belum lama 2 (dua) tahun lalu kecelakaan terjadi pada penerbangan Lion Air JT-610 pada Oktober 2018.
"Kami berharap tidak terjadi lagi, jangan lupa belum lama sekitar 2 (dua) tahun lalu Lion JT610 pada oktober 2018 maka pemerintah harus betul-betul serius jadikan ini pelajaran untuk perbaikan segala aspek transportasi penerbangan." Ujar Gurun
Lebih lanjut, Gurun menyampaikan bahwa Jatuhnya pesawat SJ182 harus diselidiki mendalam oleh Pemerintah disebabkan karena human error atau kerusakan pada mesin namun apapun itu tetap perlu diberikan sanksi untuk maskapai penerbangan.
"Pemerintah harus selidiki mendalam peristiwa jatuhnya SJ182 apakah karena human error atau kerusakan pada mesin dan tetap perlu memberikan sanksi terhadap maskapai penerbangan sebagai upaya menciptakan kualitas penerbangan dan kehati-hatian, karena ini menyangkut jiwa, keselamatan manusia adalah hukum tertinggi." Ujar Gurun
"Dalam hukum ada istilah unsur dolus (kesengajaan) dan culpa (kelalaian), jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ182 ada dugaan kesengajaan atau ketidaksengajaan (lalai) terhadap perbaikan mesin atau pembiaran peningkatan kualitas pekerja, tetap harus diberikan sanksi maskapainya." Ujar Gurun
Bahkan Advokat Muda ini menyampaikan sejumlah masalah dan risiko mucul paska pecah kongsi Sriwijaya dengan Garuda. Sejumlah masalah itu antara lain, sejumlah fasilitas dari Garuda Indonesia melalui kerja sama manajemen (KSM) seperti maintenance repair dan overhaul (MR0) dai GMF Aeroasia sudah dihilangkan. 2 (dua) Direksi yang mundur dulu tahun 2019 juga sudah memperkirakan akan terjadi sesuatu untuk pesawat Sriwijaya. Kalau pesawat Sriwijaya SJ182 tidak ada maintanance ini dapat diduga unsur kesengajaan, jika maskapai hanya memikirkan untung saja tidak memikirkan keselamatan penumpang, jika demikian maka PB SEMMI meminta kepada Pemerintah agar Sriwijaya Air dapat diberikan sanksi dicabut ijin terbangnya.
Kemudian, menurutnya pesawat SJ182 Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air yang jatuh dikepulauan seribu termasuk jenis pesawat yang telah diberikan peringatan keras pada pertengahan tahun 2020 lalu oleh otoritas Penerbangan AS yakni Administrasi Penerbangan Federal (FAA) dalam pemberitaan Reuters, seperti dilansir detikTravel, Sabtu (9/1/2021), otoritas penerbangan AS, FAA mengeluarkan arahan darurat dikhususkan pada 2.000 pesawat Boeing 737 yang diparkir karena pandemi. FAA memperingatkan kemungkinan korosi pada pesawat yang diparkir. Kerusakan ini dapat menyebabkan kegagalan pada mesin ganda. Hal ini menjadi catatan pelajaran bagi pemerintah dan maskapai penerbangan agar tidak bersikap apatis terhadap peringatan.
Dirinya menyampaikan pula bahwa mendapat informasi pesawat Sriwijaya Air yang jatuh pada hari ini telah berusia 26 tahun, pesawat ini melakukan penerbangan pertama pada Mei 1994. Oleh sebab itu pemerintah dinilai bukan hanya melakukan evaluasi namun juga eliminiasi pesawat-pesawat yang berusia tua.
"Kami dapat informasi juga pesawat Sriwijaya SJ182 ini penerbangan pertama dilakukan pada tahun 1994 artinya pesawat ini sudah berusia 26 Tahun, sudah berusia tua ini, berbahaya. Kedepan pemerintah bukan hanya evaluasi sistem penerbangan namun juga harus lakukan upaya-upaya eliminasi pesawat-pesawat berusia tua." Tegasnya. (*)